SUBBAG PERENCANAAN& PELAPORAN DINAS PENDIDIKAN KAB. BELITUNG

" Tatalah Perencanaan dari mulai awal sehingga memudahkan dalam menentukan arah tujuan yang ingin dicapai, Evaluasi setiap ketercapaian dari realisasi untuk menentukan arah ke depan, yakinlah akan berhasil" (Subbag Perencanaan dan Pelaporan Dinas Pendidikan Kab. Belitung)

Senin, 18 Agustus 2008

Fenomena Guru

I. REVIEW ARTIKEL
Dari artikel yang berjudul “ Fenomena Guru dalam mengejar Teknologi “ memang sangat ironis sekali bahwa seorang guru mau tidak mau diharuskan mengikuti perkembangan dunia teknologi informasi khususnya internet , di satu sisi bagi seorang guru dunia teknologi informasi merupakan dunia yang sulit dicerna karena keterbatasan kemampuan. Guru-guru senior tersebut merupakan produk pendidikan sebelum perkembangan internet secepat dan sedahsyat seperti sekarang ini, akan tetapi apabila guru-guru yang ada pada saat ini tidak berusaha meningkatkan kompetensinya maka bukan tidak mungkin siswa yang ada sekarang ini pergi ke sekolah hanya sebagai kegiatan rutinitas keharusan agar masih diakui sebagai pelajar dalam statusnya, karena siswa dapat belajar melalui internet dalam mencari bahan-bahan untuk belajar tanpa perlu bimbingan dari seorang guru sehingga dampak yang lebih ekstrim lagi adalah sekolah-sekolah akan ditinggalkan oleh siswa-siswanya sehingga akan menjadi bangku-bangku kosong dan mereka beranggapan tanpa sekolah pun mereka dapat ilmu pengetahuan, referensi, artikel dan sebagainya. Untuk meningkatkan kompetensinya kadangkala seorang guru :
1. terjebak dalam kegiatan rutinitas sehari-hari
2. kurikulum yang masih betuntutan ekonomi
Dengan kondisi seperti ini, sekolah hanya dijadikan semacam industri atau ajang bisnis dalam upaya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi yang pada akhirnya mutu pendidikan diabaikan sama sekali, ini dapat dilihat dari sulitnya guru-guru dalam mengikuti perkembangan dunia teknologi informasi khususnya internet, di satu sisi siswa-siswa sangat getol dalam mengikuti perkembangan teknologi informasi sehingga informasi yang didapat siswa lebih up to date dibandingkan dengan gurunya sehingga kualitas sekolah negeri (pemerintah) akan lebih rendah dibandingkan dengan sekolah swasta. Akan tetapi yang sangat ironis adalah pemerintah sanggup membuat standar minimal nilai bagi seluruh siswa tanpa dibarengi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga tanpa disadari pemerintah telah menciptakan generasi numerik tanpa menyentuh nilai-nilai kemanusian. Dari review di atas perencana dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kompetensi guru di bidang teknologi informasi
2. Kurikulum yang masih belum final (gonta-ganti)
3. Kurang sejahteranya ekonomi guru
II. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Menurut Alvin Tofler, untuk menggambarkan situasi sekarang yang membuat kita terlempar pada kondisi dimana kita mengalami ”tekanan yang mengguncangkan dan hilangnya orientasi individu disebabkan kita dihadapkan dengan terlalu banyak perubahan dalam waktu yang terlalu singkat. Akan tetapi sampai kapan pun pendidikan sebagai suatu upaya menghadapkan manusia (peserta didik) pada realitas yang terus saja berubah saat ini sangat diharapkan perannya untuk mampu mengikuti arus zaman, bukan berarti untuk mengikis kemanusian melainkan justru untuk menemukan kondisi air kehidupan yang memungkinkan jiwa raga bangsa terasa dengan indah. Kemajuan teknologi informasi merupakan salah satu bentuk globalisasi sebagai arus utama yang membawa dampak maha hebat terhadap ruang dan waktu yang mengalami percepatan dalam bahasa Anthony Giddens adalah time space distanziation. Salah satu dampak globalisasi adalah kemajuan IPTEK dalam bidang teknologi informasi yaitu pembelajaran dengan menggunakan internet di sekolah-sekolah yang secara langsung telah membentuk masyarakat, peserta didik dan juga tenaga pengajar yang tidak luput dari doktrin global.
Sebagai sebuah profesi, guru dituntut dengan berbagai kewajiban sebagai sebuah pekerjaan, maka sudah selayaknya seorang guru mendapat perhatian lebih pemerintah dikarenakan guru sebagai kunci atau posisi sentral dalam peningkatan kualitas pendidikan . Mutu pendidikan kita mendapat sorotan tajam dikarenakan keterpurukan pendidikan yang dapat mempengaruhi pembangunan sektor-sektor lainnya. Guru adalah sosok manusia sederhana, profil manusia yang selalu berada pada posisi kunci, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru adalah pelaksana proses pembelajaran sehingga ditangan merekalah SDM berkualitas dibentuk dengan penuh profesional, penuh kompetitif atau berdaya saing tinggi dalam mengaktualisasikan dirinya di era pasar global. Dengan beratnya tanggungjawab tersebut sudah selayaknya mereka diberikan penghargaan yang layak dengan sistem insentif sehingga diharapkan komitmen guru akan memberikan pelayanan yang terbaik. Untuk memberikan pelayanan terbaik, seorang guru harus meningkatkan kualifikasinya sehingga guru-guru tersebut memiliki kompetensi setidak-tidaknya memiliki kualifikasi pendidikan strata satu (S-1). Rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh ketersedian SDM yang terbatas. SDM sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya, dan tingkat pendidikan masyarakat sangat ditentukan oleh kebijakan pembangunan pendidikan. Apabila pemerintah kurang memberikan perhatian dan prioritas pembangunan pendidikan, maka akan berdampak pada kualitas masyarakatnya dan apabila disusun secara hirarki bahwa kualifikasi guru sangat mempengaruhi terhadap kualitas pembelajarannya sehingga dengan sendirinya akan berdampak terhadap hasil belajar murid-muridnya. Dengan melihat besarnya tuntutan manusia Indonesia di masa depan, maka strategi belajar mengajar yang dikembangkan tidak cukup sekedar menempatkan guru pada posisi sentral akan tetapi sebaliknya yaitu peserta didik yang harus lebih banyak belajar mandiri.
Dari review artikel ” Fenomena Guru dalam Mengejar Teknologi” telah dapat diidentifikasi permasalahan yang terjadi sehingga dalam mencari pemecahan masalah diperlukan analisis secara komperehensif. Kondisi ideal yang telah dijelaskan dalam penjelasan di atas sangatlah berbeda sekali dengan fenomena yang terjadi dalam kondisi nyata di lapangan , dimana guru dengan segala keterbatasan kompetensinya di bidang teknologi informasi terutama dalam menggunakan fasilitas internet dalam mencari bahan ajar yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk saat ini siswa sebagai peserta didik dalam persoalan pemanfaatan teknologi informasi terutama fasilitas internet bukan barang langka lagi akan tetapi sudah familiar sehingga kadangkala bahan ajar yang akan diajarkan mereka sudah mengetahui terlebih dahulu sehingga bukan mustahil siswa lebih mengetahui bahan ajar tersebut dibandingkan dengan gurunya. Pengetahuan teknologi informasi terutama fasilitas internet bukan hanya diketahui oleh guru TI saja akan tetapi harus diketahui dan dimanfaatkan seluruh guru tanpa terkecuali baik guru senior maupun guru junior.
Untuk memecahkan permasalahan ini, perencana akan menggunakan analisis SWOT dengan melihat faktor-faktor internal dan eksternal sebagai pertimbangan dalam menentukan prioritas strategi yang akan dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. Dari permasalahan-permasalahan tersebut kita harus menetapkan faktor internal dan faktor eksternal sehingga nantinya menjadi acuan dalam mencari solusi pemecahan permasalahan ”kurangnya kompetensi guru di bidang teknologi informasi”. Sebelum melaksanakan analisa perencana harus mengetahui terlebih dahulu faktor internal dan eksternal sebagai bahan untuk mencari startegi yang tepat dalam pemecahan masalah. Adapun faktor internal berupa Strenghs ( Kekuatan) dan Weakness ( Kelemahan ) yaitu :
§ Strength (Kekuatan)
1. Guru sebagai pendidik
2. tingginya kredibilitas guru
3. Dukungan pemerintah dalam peningkatan kualifikasi


§ Weaknesses(Kelemahan)
1. minimnya sarana dan prasarana teknologi informasi di sekolah
2. kurikulum yang berganti-ganti
3. kurangnya reward terhadap guru
Adapun faktor eksternal berupa Oppurtunity ( Peluang) dan Threaths (Ancaman ) yaitu :
§ Oppurtunity (Peluang)
1. kebutuhan SDM profesional di era globalisasi
2. banyaknya lembaga pendidikan swasta yang berdiri
3. tingginya minat siswa dalam bidang teknologi informasi
§ Threaths (Ancaman)
1. kebijakan pendidikan selalu terkait dengan partai politik
2. Kurang sejahteranya ekonomi guru
3. tingginya standar minimal nilai bagi siswa yang ditetapkan pemerintah
Dengan telah diketahuinya kondisi lingkungan internal dan eksternal, perencana dapat dapat melakukan analisis selanjutnya yaitu guna menetapkan faktor-faktor kunci keberhasilan suatu organisasi sehingga faktor-faktor kunci tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan langkah-langkah dan strategi penyelesaian masalah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, yaitu :
§ Strategi peningkatan kompetensi guru di bidang teknologi informasi
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Oppurtunity (Peluang)
Threats(Ancaman)

§ kebutuhan SDM profesional di era globalisasi
§ banyaknya lembaga pendidikan swasta yang berdiri
§ tingginya minat siswa dalam bidang teknologi informasi
§ kebijakan pendidikan selalu terkait dengan partai politik
§ Kurang sejahteranya ekonomi guru
§ tingginya standar minimal nilai bagi siswa yang ditetapkan pemerintah

Strength (Kekuatan)

Strategi S-O

Strategi S-T
§ Guru sebagai pendidik
§ tingginya kredibilitas guru
§ Dukungan pemerintah dalam peningkatan kualifikasi

Optimalkan dukungan pemerintah dalam peningkatan kualifikasi guru dengan memanfaatkan lembaga pendidikan swasta untuk memenuhi SDM profesional di era globalisasi
Tingkatkan kesejahteraan ekonomi guru dengan melihat besarnya kredibiltas guru dalam pencapaian standar minimal nilai siswa

Weaknesses (Kelemahan)

Strategi W-O

Strategi W-T
§ minimnya sarana dan prasarana teknologi informasi di sekolah
§ kurikulum yang berganti-ganti
§ Kurangnya reward terhadap guru

Optimalkan SDM profesional di era globalisasi melalui pengadaan sarpras teknologi informasi di sekolah
Upayakan kesejahteraan ekonomi guru dengan memberikan reward terhadap guru yang memanfaatkan sarpras teknologi informasi di sekolah

Dari analisis SWOT ini didapat 4 (empat) faktor-faktor kunci dalam menerapkan strategi-strategi sehingga dapat dikembangkan menjadi program dan kegiatan . Dari keempat strategi tersebut dapat dihitung dengan pembobotan dan skor sehingga dapat diketahui strategi mana yang menjadi skala prioritas strategi dengan menilai urgensi faktor-faktor lingkungan internal-eksternal . Misalkan setelah dilakukan pembobotan yang menjadi prioritas adalah ”optimalkan dukungan pemerintah dalam peningkatan kualifikasi guru dengan memanfaatkan lembaga pendidikan swasta untuk memenuhi SDM profesional di era globalisasi”. Maksudnya guru-guru yang belum memiliki kualifikasi yang sesuai harus ditingkatkan kompetensinya sehingga pengetahuannya bertambah dan tidak gagap teknologi serta akan terjadi keseimbangan dalam bidang teknologi informasi terutama dalam pemanfaatan fasilitas internet dalam membantu proses belajar mengajar anatara guru dan peserta didik sehingga peserta didik dalam belajar bukan hanya sifatnya rutinitas akan tetapi memang benar-benar ingin belajar datang ke sekolah . Dengan begitu sekolah –sekolah yang ada di Indonesia tidak akan ditinggalkan siswanya dan guru sebagai posisi sentral dalam mencetak SDM yang berkualitas memang dihargai dalam bentuk reward nantinya yaitu pemberian insentif atau tunjangan-tunjangan lainnya sehingga tingkat kesejahteraan ekonominya dapat meningkat dan tidak akan malas-malasan dalam menunaikan tugas sebagai guru.

IV. Kesimpulan
Dengan melihat fenomena nyata di lapangan , dimana seorang guru dihadapkan pada kenyataan kemajuan teknologi informasi terutama dalam memanfaatkan fasilitas internet dalam membantu proses belajar mengajar akan tetapi mereka tidak dapat memanfaatkan yang disebabkan oleh rendahnya kompetensi mereka di bidang teknologi informasi di satu sisi siswa sebagai peserta didik bukan hal yang baru mengenai pemanfaatan fasilitas internet sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah dengan dukungannya berupaya meningkatkan kualifikasi guru-guru dengan memanfaatkan lembaga swasta untuk mencetak SDM profesional di era globalisasi seperti sekarang ini.


V. Rekomendasi
Berdasarkan tulisan di atas, perencana merekomendasikan hal-hal yang perlu mendapat perhatian secara serius sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang adalah :
1. Jalin kemitraan dengan dunia usaha sehingga tanggungjawab pendidikan bukan hanya tanggunjawab pemerintah saja
2. Fungsi pemerintah dalam pembiayan sebagai fungsi penganggaran harus menjalan amanat UU No. 20 tentang sisdikas yaitu penganggaran pendidikan minimal 20 % dari total anggaran pembelanjaan

























Daftar Pustaka
Pidarta, Made, 2005, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, Jakarta, Penerbit PT. Rineka Cipta
Syaefudin Sa’ud, Udin dan Syamsudin Makmun, Abin, 2005, Perencanaan Pendidikan, Bandung, Penerbit PT. Genesindo
Suryadi, Ace dan Budimansyah, Dasim, 2003, Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru, Bandung, Penerbit PT. Genesindo
Tilaar, H.A.R, 2002, Membenahi Pendidikan Nasional , Jakarta, Penerbit PT. Rineka Cipta
Isjoni, 2006, Membangun Visi Bersama Aspek-aspek Penting dalam Reformasi Pendidikan , Jakarta, Penerbit Yayan Obor Indonesia
Read More......

Minggu, 17 Agustus 2008

Sekelumit Cerite

Secercah Harapan Dari Anak Pulau

Dalam sebuah perjalanan menapak kehidupan menuju kearah yang lebih baik setiap orang mempunyai sebuah obsesi dalam upaya meningkatkan taraf hidup. Taraf hidup kehidupan masyarakat sangat lah ditentukan oleh kondisi sosial dan ekonominya. Kondisi sosial dapat berbentuk tingkat pendidikan masyarakat yang sangat mempengaruhi bagi peningkatan taraf ekonomi dalam hal peningkatan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi pulau koe yang melimpah kekayaan alamnya baik kekayaan laut maupun bahan tambang terus diekploitasi besar-besaran tanpa memandang pembangunan yang berkelanjutan yang memikirkan generasi yang akan datang. Harapan-harapan tersebut seakan-akan terus membayangi obsesi besar dari anak-anak pulau yang berhak atas pemerataan dan perluasan akses akan pendidikan. Selain akses mereka juga mengharapkan pendidikan yang bermutu , dengan mutu pendidikan yang lebih baik. Akan tetapi anak-anak pulau terkendala pada kondisi geografis yang belum memungkinkan mereka mendapatkan pendidikan. Tempat ku adalah daerah pesisir yang terdiri pulau-pulau yang saling berjauhan. Akankah cita-cita mereka untuk menjadi orang besar bisa terwujud. Anak-anak pulau tidak bisa menjawab itu semua, tetapi memerlukan suatu proses yang panjang dalam rangka menggapai itu semua . Seluruh stakeholder, Pemerintah Daerah, Swasta, dan Masyarakat harus saling bahu membahu mewujudkan itu semua . Pendidikan sekarang ini haruslah berbasis kemasyarakatan serta turut bertanggungjawab dan saling mengawasi sehingga tercipta suatu sistem yang saling mendukung.

Read More......

Rabu, 13 Agustus 2008

PROFIL DINAS PENDIDIKAN KAB. BELITUNG


Berdasarkan Rencana Strategi (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Tahun 2005 kebijakan pendidikan di Kabupaten Belitung diarahkan sesuai Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Program sebagai berikut :

VISI

Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung merumuskan misi sebagai berikut :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah.

2. Memfasilitasi dan melaksanakan pembinaan pendidikan non formal di masyarakat.

3. Memfasilitasi dan melaksanakan pembinaan pemuda dan olahraga

4. Meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan SDM yang berbudi luhur, terampil, menguasai iptek, dan memiliki dayta saing di masyarakat luas.

5. Meningkatkan akuntabilitas lembaga pendidikan (Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2006 Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung)

Visi Pendidikan Nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Sejalan dengan visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan ”Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Sejalan dengan visi Diknas tersebut, maka visi lembaga-lembaga yang ada dibawahnya akan mendukung visi tersebut walaupun dalam kata-kata dan kalimat yang berbeda. Kadangkala visi disesuaikan dengan; besar kecilnya lembaga, substansi bidang tugas dan ruang/wilayah tempat institusi berada.

Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung yang bertanggung jawab terhadap pembinaan pendidikan di Kabupaten Belitung juga mempunyai visi. Visi Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung berbunyi ”Terwujudnya pendidikan dasar dan menengah secara merata, berkualitas, efektif dan efisien pada tahun 2009”.

MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung merumuskan misi sebagai berikut :

1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak usia sekolah.

2. Memfasilitasi dan melaksanakan pembinaan pendidikan non formal di masyarakat.

3. Memfasilitasi dan melaksanakan pembinaan pemuda dan olahraga

4. Meningkatkan kualitas pendidikan untuk menghasilkan SDM yang berbudi luhur, terampil, menguasai iptek, dan memiliki dayta saing di masyarakat luas.

5. Meningkatkan akuntabilitas lembaga pendidikan (Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2006 Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung)

TUJUAN

Untuk mencapai pernyataan misi maka perlu menentukan tujuan. Tujuan adalah kata operasional untuk merealisasikan visi yang harus dilaksanakan secara teknis melalui sasaran-sasaran. Beberapa tujuan yang diperlukan untuk merealisasikan misi adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya perluasan jangkauan daya tampung dan penurunan angka putus sekolah pada setiap jenjang dan jenis pendidikan

2. Terciptanya kondisi yang dapat menumbuh kembangkan pendidikan non formal yang berkualitas.

3. Terwujudnya lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan SDM yang bermutu yang didukung manajemen profesional.

4. Terwujudnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

SASARAN

Sasaran adalah kata operasional dari tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan diperlukan membuat sasaran-sasaran dari tujuan. Beberapa sasaran yang akan dicapai adalah :

1. Terwujudnya perluasan jangkauan daya tampung dan penurunan angka putus sekolah pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Sasarannya :

1.1.Peningkatan penerimaan siswa baru melalui sekolah reguler, SMP kelas jauh, SMP Terbuka dan SMK Kecil

1.2.Penyelenggaraan SMP Satu Atap

1.3.Pembangunan USB/RKB

1.4.Peningkatan pemberian beasiswa pada semua jenjang pendidikan

2. Terciptanya kondisi yang dapat menumbuh kembangkan pendidikan non formal yang berkualitas.

Sasarannya :

2.1. Standarisasi mutu lembaga pendidikan non formal

3. Terwujudnya lembaga pendidikan yang dapat menghasilkan SDM yang bermutu yang didukung manajemen profesional.

Sasarannya :

3.1. Peningkatan pelaksanaan Kurikulum Berbasais Kompetensi (KBK) pada tingkat SD, SMP dan SM.

3.2.Peningkatan rata-rata Nilai Ujian pada semua jenjang pendidikan

3.3.Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dan kependidikan

3.4.Peningkatan kemampuan manajemen Kepala Sekolah

3.5.Peningkatan sarana dan prasarana sekolah dengan mengacu pada SPM pada semua jenjang pendidikan

3.6.Peningkatan kualitas sekolah melalui penilaian sekolah

3.7.Peningkatan kualitas sekolah yang berstandar nasional dan internasional.

4. Terwujudnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sasaranya :

4.1. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan





Read More......

Selasa, 12 Agustus 2008

INOVASI PENDIDIKAN

”” PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF MASA DEPAN ”

PENDIDIKAN BARU

Definisi Pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , Pasal 1 ayat (1) yaitu “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Paradigma baru pembelajaran dalam pendidikan (UU Sisdiknas) yaitu : kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, peran serta masyarakat, demokratisasi dan desentralisasi pendidkan. Pandangan Visioner Konichi Ohmae mengenai dunia tanpa batas (world without border) telah menjadi kenyataan. Teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat juga ikut memacu perkembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan seseorang di dalam era globalisasi akan tersingkir. Di dalam kaitan ini muncul apa yang disebut kapital intelektual ( intellectual capital) dari seseorang atau masyarakat yang dapat hanya dibentuk melalui pendidikan atau pelatihan. Pembentukan kapital intelektual ( intellectual capital) khususnya memerlukan penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sehingga di dalam mewujudkannya diperlukan sarana dan prasarana sebagai fasilitas menuju integrasi global. Menghadapi berbagai perubahan yang besar di dalam kehidupan, termasuk teknologi informasi dan komunikasi, maka kunci perubahannya terletak pada kemampuan para guru. Kemampuan para guru disini menyangkut kualitas ilmu yang adanya di dalam diri seorang guru. Peningkatan kualitas seorang guru harus juga diikuti dengan peningkatan penghargaan terhadap profesi guru sehingga pendidikan di masa depan tergantung oleh kualitas gurunya.Untuk peningkatan kualitas guru diperlukan program penataran guru, khususnya untuk teknologi informasi dan komunikasi yang merupakan suatu program yang serius dan terus menerus dievaluasi agar supaya proses pendidikan akan terus menerus ditingkatkan. Lahirnya generasi baru, the n-generation menuntut suatu korps pendidik yang mempunyai kualitas dan menguasai bahasa digital. Stoner (1981) mengartikan manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan terhadap segala upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan.Tujuan yang ditetapkan di dalam suatu organisasi adalah dalam kondisi ideal dan sempurna , tetapi memerlukan biaya mahal .

DAYA SAING

Guru dan siswa adalah salah satu bagian dari sumberdaya manusia yang memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat dikatakan bahwa proses pendidikan adalah proses meningkatkan kemampuan mengakses data, dan mengolah data menjadi informasi. Informasi yang telah diolah akan menjadi ilmu pengetahuan , dan pada gilirannya akan meningkatkkan kemampuan serta kualitas seseorang untuk bertindak sehingga akan menghasilkan produk yang bermutu dan kompetitif. Di dalam menghasilkan lulusan (produk) yang bermutu dan kompetitif semua sekolah sudah harus melaksanakan E-lerning dalam proses kegiatan belajar mengajar. Untuk pengembangan E-learning dalam proses pembelajaran harus diterapkan di semua sekolah dari tingkat SD sampai perguruan tinggi atau dimulai dengan penerapan pada sekolah-sekolah tertentu seperti sekolah berstandar international terlebih dahulu. Sumber daya manusia nya tersedia di sekolah-sekolah harus dibina dan diberikan pelatihan guru ( inservice training) untuk guru SMA, SMP, dan SD yang harus sudah dimulai diperkenalkan bahasa digital. Kunci penerapan program pengembangan E-Learning tersebut di atas sangat tergantung kepada pengadaan prasarana dalam bentuk gedung dan sarana dalam bentuk pengadaan perangkat keras (komputer dan internet) . Dikarenakan dana yang terbatas maka pengadaan program tersebut harus bertahap

DAYA TAWAR PEMASOK

Dalam sebuah sekolah, tanggungjawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektual akhirnya tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan . Kita mengetahui bahwa tanggungjawab pendidikan bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah saja akan tetapi menjadi tanggungjawab kita semua . Dengan pola manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diterapkan di dalam mengelola sekolah dimaksudkan untuk mengembalikan sekolah kepada pemiliknya yaitu masyarakat, yang diharapkan akan merasa bertanggungjawab kembali sepenuhnya terhadap pendidikan. . Paradigma MBS beranggapan bahwa satu-satunya jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi, partisipasi, dan akuntabilitas pendidikan. Kepala Sekolah, guru, dan masyarakat adalah pelaku utama dan terdepan di dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga segala keputusan mengenai penanganan persoalan pendidikan pada tingkat mikro harus dihasilkan dari interaksi ketiga pihak tersebut. Masyarakat adalah stakeholder pendidikan yang memiliki kepentingan di sekolah , karena mereka adalah pembayar pendidikan. Pembayar pendidikan disini diartikan sebagai bantuan dapat berupa memberikan kemudahan dalam hal memasok barang-barang seperti dalam bentuk pengadaan perangkat keras (komputer dan internet) dan untuk meyimpan peralatan tersebut diperlukan gedung laboratorium Komputer yang juga dapat dibangun dengan pola partisipasi masyarakat yaitu dengan memberdayakan masyarakat sekitar sekolahan sehingga apabila segala sesuatu dibicarakan secara bersama-sama akan ada titik temu sebagai solusi pemecahannya.

DAYA TAWAR PENGGUNA

Komitmen kepala sekolah dan guru yang merupakan bagian internal di sekolah mempunyai keinginan dan motivasi yang tinggi di dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mereka tetapkan di dalam visi, misi dan tujuan sekolah sehingga di dalam mengatasi permasalahan di lapangan mereka sudah menyiapkan prioritas strategi yang akan dilakukan apabila di dalam perjalanannya mengatasi kendala. Langkah awal yang akan mereka lakukan adalah dengan mengadakan pelatihan mengoptimalkan penggunaan sarana pendidikan yang ada sehingga keberadaan sarana tersebut tidak mubazir/atau sia-sia. Kita mengetahui bahwa investasi di bidang pendidikan memang sangat mahal sekali dan hasilnya pun baru dapat di lihat 10-15 tahun yang akan datang dalam kiprahnya di dunia kerja bagi mereka yang mempunyai skill (keahlian). Bagi yang tidak mempunyai keahlian akan tertinggal di dalam era globalisasi yang tanpa batas ( unlimited).

INOVASI

Dengan melihat tujuan akhir dari sebuah organisasi yang menginginkan apa yang telah ditetapkan tercapai maka model pembelajaran dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi harus melakukan inovasi-inovasi sehingga kualitas lulusannya mempunyai keahlian-keahlian khusus yang dapat dijual, akan tetapi peran guru tetap harus ditingkatkan agar terjadi keseimbangan antara pengetahuan guru dan peserta didik . Diharapkan untuk yang di masa yang akan datang peran guru bukan pengajar yang serba tahu akan tetapi sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran E-learning.

KESIMPULAN

Dengan melihat gambaran secara umum mengenai kekuatan, kelemahan , ancaman dan tantangan di dalam organisasi yang ada maka program yang perlu dilaksanakan adalah peningkatan mutu pendidikan dalam bentuk kegiatan berupa pembangunan infrastruktur gedung laboratorium komputer dan pengadaan perangkat keras (komputer dan internet) dengan pola partisipasi masyarakat.

REKOMENDASI

Berdasarkan tulisan di atas, penulis merekomendasikan hal-hal yang perlu mendapat perhatian secara serius sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang adalah :

1. Jalin kemitraan dengan dunia usaha sehingga tanggungjawab pendidikan bukan hanya tanggunjawab pemerintah saja

2. Manfaatkan potensi lokal dalam upaya menaikkan perekonomian masyarakat sehingga potensi lokal yang ada lebih produktif dengan menghasilkan SDM yang unggul

3. Jadikan sekolah sebagai tempat untuk meneliti sesuatu yang baru sehingga sekolah dapat menunjukkan eksistensi di bidang penelitian

Read More......